Minggu, 08 Juni 2014

Pendidikan Umum Masyarakat Amerika



CHAPTER RAPORT

Pendidikan Umum Masyarakat Amerika
Bab 1
 Perpindahan Ras Kulit Putih: Menguasai bagian Selatan
1.      Jadi, dimana daya tarik yang telah diinvestasikan pada bangsa Amerika  Selatan? Kobena Mercer (1994, 280)
2.      Masalah yang dimiliki Amerika Selatan sudah sangat krusial/penting untuk segera diselesaikan dan diperbaharui menuju kesuksesan sebagai sebuah Negara Republik dengan politik Presidensial. Earl Black and Merle Black (1992, 11)
3.      Itulah masalah yang dimiliki Amerika Selatan. Kebodohan. Ketidaktahuan mengenai sesuatu. Lillian Smith (1972 [1944], 365)

Pendapat yang terakhir nampaknya sebagai bentuk generalisasi yang ekstrim yang diungkapkan oleh Lilian Smith. Smith adalah orang Amerika Selatan yang sekaligus aktivis hak-hak sipil. Dia mengungkapkan hal tersebut sebagai hasil pemikirannya dengan karakter intelektual progresif namun secara politis belum cukup efektif. Selain itu juga merupakan editor surat kabar di sebuah kota kecil di Amerika Selatan, tempat terjadinya hukuman mati tanpa adanya pengadilan. Hal ini penting untuk dijelaskan sebab orang Amerika Selatan memiliki andil dalam memilih Presiden AS. Amerika pada umumnya atau wilayah di luar bagian ini harus mengetahui tentang karakter politik dan budaya dari Amerika Selatan. Menurut Smith: Orang-orang Selatan terlalu sering menjaga pandngan mereka untuk diri mereka sendiri ( belum terbiasa memahami wilayah luar).
Orang-orang Selatan mengungkapkan berbagai keluhannya sebab terlalu banyak orang-orang kulit putih yang menguasai. Jika ini tidak didukung dengan ruang public/media maka akan menjadi sebuah masalah pribadi dan tidak diketahui oleh pemerintah/masyarakat. Mereka bercita-cita bebas pada abad ke 19. Menurut Earl dan Merle (1992) Selatan sebenarnya tidak menganut politik monolit tetapi politik reaksioner regional dan permasalahan rasial yang terlalu sering sehingga terlihat seperti itu.
Politik kiri yang ada di Negara ini dikalahkan tidak hanya oleh ekses maupun salah perhitungan namun merupakan konsekuensi dari kekuasaan politik Selatan dalam politik Presiden setelah tahun 1964. Politik orang kulit putih di Selatan menjinakkan potensi reaksioner 1960 namun memblokir keuntungan politik masa depan karena setia dengan konservatif nasional. Sesuatu yang aneh adalah orang kulit putih yang mempunyai jiwa patriotic dalam konfederasi untuk memperjuangkan masyarakat agraris sekarang kemudian paling antusias mengenai “pasar bebas” bahkan mengadakan pertukaran pelajar ke sekolah umum di Louisiana, orang Selatan yang kuat dengan pro-bisnis dan hak agama.
Ada hal penting yang harus diketahui bahwa kebebasan intelektual akademik terancam oleh orang-orang yang memahami sekolah dan universitas sebagai bisnis. Sebuah sekolah yang mengutamakan pengetahuan dan keterampilan bisnis bukanlah sekolah melainkan pabrik.
Kenangan masa kecil sebagai pribadi minoritas telah tertanam dan persenjataan sebagai bentuk kebencian. Tidak heran jika perkataan mereka dengan suara keras dapat membangkitkan kecemasan sampai pada tampaknya bahwa kita telah kehilangan realitas ( Smith, 1963). Yang dibutuhkan di Selatan  masih sebuah rekontruksi.
Menurut sejarahwan AS Genovese (1994): ada banyak alasan besar mengapa saya bepihak pada selatan, orang-orang dari Selatan, di baris ras, kelas dan jenis kelamin adalah seorang yang murah hati, ramah, sopan, baik dalam kata, beradab karena setiap orang itu merupakan kehormatan bagi saya karena telah mengenalnya.
Mengenai rasisme dan kekerasan di Selatan (lebih daripada di wilayah lain) aneh memang jika disebut sebagai orang yang murah hati. ( Ayers,1964). Menurut Anna Julia Cooper: permukaan yang kelihatan memiliki peradaban adalah sebagai upaya untuk menutupi kekerasan sistemik dan kebencian kolektif. Salah satu sejarah tertulis dari negeri ini, kemampuan mempengaruhi Selatan dengan ide-ide, cita-cita Selatan dari awal sampai saat ini, didekte dan di dominasi oleh otot dan otak dari kakayaan bangsa. Tanpa pendidikan, penemuan, seni, industry dan tanpa dorongan dari wilayah mengenai ide untuk menjadikan wilayah ini besar, sejahtera dan bahagia adalah mustahil karena pada dasarnya mereka adalah pribadi yang malas, bodoh dan miskin dalam segala hal kecuali kemampuan menggeretak dan harga diri. Ini dijadikan manipulasi oleh sentiment Utara untuk menjalankan kebijakan pemerintah sesuai dengan tujuannya.
Reformasi sekolah yang terakhir dilakukan bersamaan dengan reformasi pendidikan, guru dianggap sebagai gangguan politik dari kegagalan utama, sebagian kebijakan presiden menguasai ruang public di AS, termasuk infrastruktur pendidikannya. Amerika Selatan mengkritik kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan pembangunan penjara dengan biaya yang tinggi daripada membangun dan membiayai sekolah umum.
Guru mengambil tindakan dengan mempelajari teori kurikulum untuk memahami apa yang sebenarnya terjadi pada mereka, anak didik yang menjadi tanggung jawab mereka. Melalui studi dan diskusi yang rumit, guru membangun kerjasama kolektif untuk merekontruksi ruang public di bidang pendidikan. Tindakan tersebut sebagai sebuah amanah bagi diri mereka sendiri, penamaan reformasi sayap kanan sebagai penegakan politik anti perbudakan intelektual menjadi inspirasi orang yang merasa diperbudak di Negeri ini, wilayah yang mendominasi pemilihan Presiden. Menurut Pinar; kita sebagai pendidik harus mendapatkan kembali martabat kita dengan demikian hal yang kita lakukan merupakan proses pendidikan. Bekerja dengan tulus, mengajar anak sesuai standar batin kita sendiri dengan demikian kita merekontruksi ruang public Amerika.


Bab 2
Kurikulum sebagai Psikoanalisa; Saatnya Bangun dari Mimpi Buruk

Penolakan atas masa lalu hampir tidak aneh di Selatan. Cristopher Lasch (1998) menyesalkan kegigihan sebagai ciri utama kehidupan Amerika kontemporer sebab hal ini diimajinasikan dengan iklan massa dan industry budaya yang dihadapkan pada kejahantan radikal. Padahal kejahatan radikal identik dengan Nazi Jerman.
Sebagaimana kita ketahui tidak pernah ada ruang public di Amerika Selatan. Selain itu penolakan masa lalu di dorong oleh penekan yang berlebihan pada pribadi memunculkan sedikitnya minat untuk masa depan, kecuali ekonomi sempit. Masa depan budaya dan politik Selatan di kuasai oleh orang kulit putih yang direlokasi besar-besaran oleh orang Utara, memainkan peranan yang lebih menonjol.
Dalam keadaan seperti itu, tugas kurikulum menjadi pemulihan memori dan sejarah secara psikologis yang memungkinkan individu untuk masuk pada politik dan ruang public dengan cara menjadi pribadi yang bermakna dan etis dalam berkomitmen. Apa yang kita butuhkan adalah versi kontemporer mengenai “kebebasan bersekolah”
Struktur kurikulum di sekolah hendaknya seperti kurikulum nasional. Bagian dari proyek kurikulum adalah menentang trauma masa lalu dengan sadar diri menumbuhkan pemikiran subjektif, bersikeras memperbaiki masa lalu, masa sekarang dan masa depan. Kondisi kompleksitas yang menonjolkan perbedaan social. Pendidikan masyarakat Amerika membutuhkan budidaya historisitas serta refleksi diri, intelktualitas dan pengetahuan.
Kenangan buruk Amerika Selatan boleh jadi menjadi hantu atau bagaikan debu yang terus bertebaran disekitar masyarakatnya. Namun, di sisi lain orang kulit putih merasakan sakit akibat perbuatan masa lalunya, hal ini adalah wajar sebagai konsekuensi moral yang patut mereka terima. Ada hal yang lebih penting yaitu intensif terbesar Selatan saat ini adalah untuk menggali nilai-nilai masa lalu bukan sebagai nilai intrinsic proyek meskipun itu juga berharga. Tetapi lebih pada menciptakan kesadaran bagi perkembangan kecerdasan dalam berbagai modus, termasuk teknis, psikoanalitik dan estetika kecerdasan ( Gardner, 1983). Tanpa pemahaman diri tidak ada rekonstruksi social.
Sebuah tema sentral dari studi Selatan akan menjadi karakter multiras Selatan, cita-cita yang mendalam dimana Afrika-Amerika dan Eropa-Amerika telah menjadi dua sisi mata uang budaya yang sama. Hanya ketika orang kulit putih Selatan memahami bahwa pengalaman mereka tidak terlepas dari orang Afrika-Amerika Selatan dan sebaliknya. Sejarah budaya Selatan dapat kembali dialami, diterima secara psikologis dan aspek genosida yang mungkin di ampuni. Ketika retorika politik tidak lebih defensive mengenai “Selatan yang Baru” akan kita ketahui bahwa wilayah ini akhirnya mengalami rekonstruksi.
  
 Hal-hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut:
-          Kemajuan studi Selatan dapat memberikan studi provokatif dalam menghadapi dilema mendidik budaya yaitu presentisme, solipsism, kepasifan politik dan relativisme etika. Program interdisipliner diajarkan dengan tujuan melupakan trauma masa lalu, memberikan komitmen psikologi social, menghapus blok kulit putih dan kulit hitam, diinternalisasikan dalam lembaga guna mengembangkan kecerdasan.
-          Literature (Afrika-Amerika), otobiografi menyediakan metode pembelajaran dan agenda untuk proses psikoanalitik social dan pendidikan.
-          Karya otobiografi individu perlu dilengkapi dengan proses kelompok. Grup dipimpin oleh spesialis dan terdiri dari laki-laiki Afrika-Amerika dan Eropa-Amerika dan wanita dari berbagai kelas bekerjasama untuk membangun lingkungan yang kondusif.
-          Hubungan antara masa lalu, imajinasi, sejarah hidup, pengalaman kolektif dan perkembangan kecerdasan dalam beberapa mode dapat ditentukan dan dipelajari dari populasi yang dipilih.

Mahasiswa harus mengenali cara kerja teori kurikulum dengan penelitian kurikulum kontemporer, politik, otobiografi yang fenomenologis dan gender. Program interdisipliner yang memanfaatkan pengetahuan siswa sebelumnya serta memperkenalkan pengetahuan yang baru dalam berbagai disiplin ilmu mewakili praktek secara teori kurikulum, terutama ketika tradisi-tradisi abstrak kemudian ada pada kehidupan nyata individu dan kelompok. Kurikulum dimaksud sebagai asal dan tujuan, sebuah desain yang dapat menggambarkan kecerdasan dan contoh untuk menyajikan persepsi baru dan meninjau yang lama. Potensi kurikulum pendidikan psikoanalisis social: (Silverman, 2000:62)
Subjek.. tidak berusaha untuk mengubur, lupa atau melampaui masa lalu. Sebaliknya, dia meyakini untuk selalu terbuka pada kemungkinan-kemungkinan baru sebagai individu. Dia menerima masa sekarang dan masa depan serta apa yang telah terjadi bukan sebagai latihan dalam solipsism narsis, melainkan sebagai perwujudan kea rah yang baru sebagai kapasitas untuk peduli.

Kurikulum sebagai psikoanalisis social merupakan penggabungan pendidikan dari budaya kecuali Ras, penolakan kelas dan perbedaan gender.




Bab 3
Mode Baru dari Kehidupan; Erotisme dan Hubungan Sosial

Tugas kita pada abad baru di mulai dari pembentukan intelektual dari sebelah ruang public di bidang pendidikan, pembaharuan proyek mengatasi kemiskinan dimana kita menemukan bahwa realisasi diri dan demoktatisasi saling terkait. Artinya selain memberikan individu yang berkompeten untuk tempat kerja dan perguruan tinggi, kita harus memperbaharui komitmen kita untuk demokratisasi masyarakat Amerika sebagai sebuah proses social-politik dan ekonomi yang memerlukan pendidikan psikososial dan intelektual dari refleksi diri individu.
            Pengetahuan akademis serta budaya popular harus dibentuk seperti sebuah cerita/novel yang berubah sehingga siswa sebagai individu dan kelompok bisa bersama-sama mengeksplorasi hal akademik serta kepentingan intelektual.
            Kurikulum harus di dukung oleh tes standar dan terstruktur untuk mengukur kemampuan dan keterampilan siswa. Gagasan psikoanalitik “benda transisi” layaknya perbedaan lingkungan anak yang masih dalam kandungan dan lahir sebagai individu bagian dari masyarakat. Dasar kurikulum harus berfungsi sebagai jembatan penghubung social dan objektif.
            Titik kurikulum pendidikan adalah untuk menarik siswa dari apa yang tidak mereka ketahui sehingga menjadi tahu dan membawa mereka pada medan budaya yang memungkinkan mereka untuk terlibat pada dunia nyata/ lingkungan social dengan semangat dan kompetensi dan tidak melanggar norma psikologis sehingga proses pendidikan dapat bermakna sebab sejak dulu pendidikan selalu pada ranah hukuman bukan memberikan kenikmatan/kesenangan.
            Teori kurikulum tidak hanya mengenai kurikulum matapelajaran di sekolah tetapi juga mengenai budaya, sejarah kehidupan, dan momen bersejarah. Mendidik bukan hanya memberikan pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi memungkinkan perubahan perilaku dan pembentukan individu menjadi seorang pribadi yang berpengetahuan serta berprilaku baik.
            Proyek pendidikan merupakan komposisi mode baru kehidupan, dimana merupakan kerangka konseptual, standar disensus yang membuat orang tertarik. Akademik-intelektual-kebebasan harus dengan standar professional. Guru mungkin harus terdaftar di perguruan tinggi masing-masing namun yang tidak kalah penting adalah guru juga harus mampu mengajar diluar bidangnya dan memiliki kemampuan lain di luar bidang studinya sehingga mereka memperoleh kemampuan dan keuntungan dari studi interdisipliner tersebut.
            Maka kita mengajarkan pengetahuan dasar dan memberikan keterampilan sesuai dengan kehidupan mereka. Pendidikan harus menjawab peluang yang ada dalam masyarakat. Dan siswa harus bertanggung jawab pada diri mereka sendiri untuk memperolehnya.
            Teori kurikulum menjelaskan hubungan antara kurikulum, budaya, individu, masyarakat bagaimana mengatasi masalah masyarakat dan budaya. Kita harus mencari hal praksis yang bertujuan untuk menciptakan cara-cara baru dalam kehidupan, erotisme dan hubungan social (Ziarek, 2001:16).
            Cara jangka pendek adalah mengurangi kekuasaan politik, kegilaan pada bisnis dan politisasi spiritual. Agama tetap menjadi urusan pribadi masing-masing. Keharusan bisnis dibatasi hanya pada organisasi bisnis dan profesi pendidikan tidak perlu melakukan bisnis.
            Sebagaimana amanah Asosiasi Internasional untuk Kemajuan Kurikulum Studi, perlunya menggunakan pengetahuan akademik dalam pelayanan demokratisasi tidak hanya dalam Negara bangsa (distrik) tetapi seluruh wilayah nasional. Pendiri pendidikan umum Amerika, Horace Man mengemukakan:
   Sekolah yang baik dapat membasmi kejahatan, menghilangkan kemiskinan, membangun warga yang berkomitmen mulai dari anak-anak yang tertinggal atau terbuang dan berfungsi sebagai “ great equalizer” antara si kaya dan si miskin.

            Untuk menuju pada kehidupan yang lebih baik juga harus didukung oleh media sebagai sarana politik. ketenangan dalam masyarakat diperoleh pada abad ke 20 karena saat itu pers lebih bertanggung jawab dan lebih professional serta objektif. Pers berperan untuk menyampaikan informasi bukan untuk mendorong opini masyarakat. (Lasch, 1995). Dengan demikian peran guru bukan hanya memaksakan argument pribadi kepada siswa tetapi juga bagaimana memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendpatnya terkait informasi yang diterima atau didapatkan dari media massa.

Analisis:
Jika dikaitkan dengan pendidikan di Indonesia secara garis besar, pendidikan di Amerika memiliki tujuan yang tidak berbeda dengan Indonesia maupun Negara lainnya yakni memiliki warga Negara berkualitas dan berkarakter. Jika kita perinci secara khusus, secara tersirat ini merupakan tujuan dari pendidikan kewarganegaraan (civics). Di Amerika sendiri civics pertamakali bertujuan untuk meng-Amerikakan bangsa Amerika yang bervariasi budaya, ras, dan asal negaranya seperti yang terjadi di Amerika Selatan, (Wahab dan Sapriya, 2011 : 3).   
Selain itu juga kelambatan pembangunan dan konflik psikologis yang dialami oleh bangsa Amerika Selatan tidak dipungkiri menimbulkan trauma untuk sendiri bagi bangsa Amerika Selatan. Namun beberapa hal yang telah disampaikan di atas tadi memberikan jawaban atas permasalahan tersebut. Namun di Indonesia, permasalahan mengenai hal yang serupa juga terjadi namun dalam muka yang berbeda. Bangsa Indonesia masih kesulitan dalam memperoleh pekerjaan, kemandirian dalam usaha masih lemah dibuktikan dengan jumlah pengangguran di Indonesia yang semakin meningkat, kemiskinan dan persatuan yang mulai melemah dengan banyaknya wilayah di Indonesia yang ingin memeisahkan diri.
Hal ini menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa bisa terjadi? Ada solusi yang ditawarkan oleh Wahab dan Sapriya ( 2011: 8,9,10) mengenai pendidikan kewarganegaraan yang berorientasi pada komunitas, ekonomi dan keterampilan (community civics, economic civics dan vocational civics). Community civics yaitu kemampuan warga Negara untuk beradaptasi dengan lingkungannya, lingkungan tempat tinggal maupun wilayah global. Economic civics keterampilan yang dibutuhkan warga Negara dalam kehidupan dan kesejahteraanya, karena masalah ekonomi berkembang dengan sangat cepat apalagi jika memasuki globalisasi dengan pasar bebas, warga Negara harus memahami ekonomi pemerintahan dan global. Selain itu ada vocational civics dimana warga Negara dibentuk dan disiapkan dengan berbagai kemampuan untuk memecahkan masalahnya baik ekonomi, social, budaya dan lain-lain yang terjadi dalm kehidupannya di masyarakat, bebangsa dan bernegara serta bagian dari globalisasi. Jika ketiga hal ini tidak difasilitasi, maka akan sangat kecil kemungkinan untuk Indonesia mampu bersaing dengan Negara lain.
 Pelaksanaan dari ketiga aspek ini memang belum diterapkan maksimal di Indonesia, namun saya percaya hal ini akan mungkin dilaksanakan secara maksimal di Indonesia. Butuh kerjasama antara pemerintah, pengembang kurikulum, dosen, guru dan peserta didik itu sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar