CHAPTER RAPORT
Pendidikan Umum Masyarakat Amerika
Bab 1
Perpindahan Ras
Kulit Putih: Menguasai bagian Selatan
1. Jadi, dimana daya tarik yang telah diinvestasikan pada
bangsa Amerika Selatan? Kobena Mercer
(1994, 280)
2. Masalah yang dimiliki Amerika Selatan sudah sangat
krusial/penting untuk segera diselesaikan dan diperbaharui menuju kesuksesan
sebagai sebuah Negara Republik dengan politik Presidensial. Earl Black and
Merle Black (1992, 11)
3. Itulah masalah yang dimiliki Amerika Selatan.
Kebodohan. Ketidaktahuan mengenai sesuatu. Lillian Smith (1972 [1944], 365)
Pendapat yang
terakhir nampaknya sebagai bentuk generalisasi yang ekstrim yang diungkapkan
oleh Lilian Smith. Smith adalah orang Amerika Selatan yang sekaligus aktivis
hak-hak sipil. Dia mengungkapkan hal tersebut sebagai hasil pemikirannya dengan
karakter intelektual progresif namun secara politis belum cukup efektif. Selain
itu juga merupakan editor surat kabar di sebuah kota kecil di Amerika Selatan,
tempat terjadinya hukuman mati tanpa adanya pengadilan. Hal ini penting untuk
dijelaskan sebab orang Amerika Selatan memiliki andil dalam memilih Presiden
AS. Amerika pada umumnya atau wilayah di luar bagian ini harus mengetahui
tentang karakter politik dan budaya dari Amerika Selatan. Menurut Smith:
Orang-orang Selatan terlalu sering menjaga pandngan mereka untuk diri mereka
sendiri ( belum terbiasa memahami wilayah luar).
Orang-orang
Selatan mengungkapkan berbagai keluhannya sebab terlalu banyak orang-orang
kulit putih yang menguasai. Jika ini tidak didukung dengan ruang public/media
maka akan menjadi sebuah masalah pribadi dan tidak diketahui oleh
pemerintah/masyarakat. Mereka bercita-cita bebas pada abad ke 19. Menurut Earl
dan Merle (1992) Selatan sebenarnya tidak menganut politik monolit tetapi
politik reaksioner regional dan permasalahan rasial yang terlalu sering
sehingga terlihat seperti itu.
Politik kiri
yang ada di Negara ini dikalahkan tidak hanya oleh ekses maupun salah
perhitungan namun merupakan konsekuensi dari kekuasaan politik Selatan dalam
politik Presiden setelah tahun 1964. Politik orang kulit putih di Selatan
menjinakkan potensi reaksioner 1960 namun memblokir keuntungan politik masa
depan karena setia dengan konservatif nasional. Sesuatu yang aneh adalah orang
kulit putih yang mempunyai jiwa patriotic dalam konfederasi untuk
memperjuangkan masyarakat agraris sekarang kemudian paling antusias mengenai
“pasar bebas” bahkan mengadakan pertukaran pelajar ke sekolah umum di
Louisiana, orang Selatan yang kuat dengan pro-bisnis dan hak agama.
Ada hal penting
yang harus diketahui bahwa kebebasan intelektual akademik terancam oleh
orang-orang yang memahami sekolah dan universitas sebagai bisnis. Sebuah
sekolah yang mengutamakan pengetahuan dan keterampilan bisnis bukanlah sekolah
melainkan pabrik.
Kenangan masa
kecil sebagai pribadi minoritas telah tertanam dan persenjataan sebagai bentuk
kebencian. Tidak heran jika perkataan mereka dengan suara keras dapat
membangkitkan kecemasan sampai pada tampaknya bahwa kita telah kehilangan
realitas ( Smith, 1963). Yang dibutuhkan di Selatan masih sebuah rekontruksi.
Menurut
sejarahwan AS Genovese (1994): ada banyak alasan besar mengapa saya bepihak
pada selatan, orang-orang dari Selatan, di baris ras, kelas dan jenis kelamin
adalah seorang yang murah hati, ramah, sopan, baik dalam kata, beradab karena
setiap orang itu merupakan kehormatan bagi saya karena telah mengenalnya.
Mengenai rasisme
dan kekerasan di Selatan (lebih daripada di wilayah lain) aneh memang jika
disebut sebagai orang yang murah hati. ( Ayers,1964). Menurut Anna Julia
Cooper: permukaan yang kelihatan memiliki peradaban adalah sebagai upaya untuk
menutupi kekerasan sistemik dan kebencian kolektif. Salah satu sejarah tertulis
dari negeri ini, kemampuan mempengaruhi Selatan dengan ide-ide, cita-cita
Selatan dari awal sampai saat ini, didekte dan di dominasi oleh otot dan otak
dari kakayaan bangsa. Tanpa pendidikan, penemuan, seni, industry dan tanpa
dorongan dari wilayah mengenai ide untuk menjadikan wilayah ini besar,
sejahtera dan bahagia adalah mustahil karena pada dasarnya mereka adalah
pribadi yang malas, bodoh dan miskin dalam segala hal kecuali kemampuan
menggeretak dan harga diri. Ini dijadikan manipulasi oleh sentiment Utara untuk
menjalankan kebijakan pemerintah sesuai dengan tujuannya.
Reformasi
sekolah yang terakhir dilakukan bersamaan dengan reformasi pendidikan, guru
dianggap sebagai gangguan politik dari kegagalan utama, sebagian kebijakan
presiden menguasai ruang public di AS, termasuk infrastruktur pendidikannya.
Amerika Selatan mengkritik kebijakan pemerintah yang lebih mengutamakan
pembangunan penjara dengan biaya yang tinggi daripada membangun dan membiayai
sekolah umum.
Guru mengambil
tindakan dengan mempelajari teori kurikulum untuk memahami apa yang sebenarnya
terjadi pada mereka, anak didik yang menjadi tanggung jawab mereka. Melalui
studi dan diskusi yang rumit, guru membangun kerjasama kolektif untuk
merekontruksi ruang public di bidang pendidikan. Tindakan tersebut sebagai
sebuah amanah bagi diri mereka sendiri, penamaan reformasi sayap kanan sebagai
penegakan politik anti perbudakan intelektual menjadi inspirasi orang yang
merasa diperbudak di Negeri ini, wilayah yang mendominasi pemilihan Presiden.
Menurut Pinar; kita sebagai pendidik harus mendapatkan kembali martabat kita
dengan demikian hal yang kita lakukan merupakan proses pendidikan. Bekerja dengan
tulus, mengajar anak sesuai standar batin kita sendiri dengan demikian kita
merekontruksi ruang public Amerika.
Bab 2
Kurikulum
sebagai Psikoanalisa; Saatnya Bangun dari Mimpi Buruk
Penolakan atas
masa lalu hampir tidak aneh di Selatan. Cristopher Lasch (1998) menyesalkan
kegigihan sebagai ciri utama kehidupan Amerika kontemporer sebab hal ini
diimajinasikan dengan iklan massa dan industry budaya yang dihadapkan pada
kejahantan radikal. Padahal kejahatan radikal identik dengan Nazi Jerman.
Sebagaimana kita
ketahui tidak pernah ada ruang public di Amerika Selatan. Selain itu penolakan
masa lalu di dorong oleh penekan yang berlebihan pada pribadi memunculkan
sedikitnya minat untuk masa depan, kecuali ekonomi sempit. Masa depan budaya
dan politik Selatan di kuasai oleh orang kulit putih yang direlokasi
besar-besaran oleh orang Utara, memainkan peranan yang lebih menonjol.
Dalam keadaan
seperti itu, tugas kurikulum menjadi pemulihan memori dan sejarah secara
psikologis yang memungkinkan individu untuk masuk pada politik dan ruang public
dengan cara menjadi pribadi yang bermakna dan etis dalam berkomitmen. Apa yang
kita butuhkan adalah versi kontemporer mengenai “kebebasan bersekolah”
Struktur
kurikulum di sekolah hendaknya seperti kurikulum nasional. Bagian dari proyek
kurikulum adalah menentang trauma masa lalu dengan sadar diri menumbuhkan
pemikiran subjektif, bersikeras memperbaiki masa lalu, masa sekarang dan masa
depan. Kondisi kompleksitas yang menonjolkan perbedaan social. Pendidikan masyarakat
Amerika membutuhkan budidaya historisitas serta refleksi diri, intelktualitas
dan pengetahuan.
Kenangan buruk
Amerika Selatan boleh jadi menjadi hantu atau bagaikan debu yang terus
bertebaran disekitar masyarakatnya. Namun, di sisi lain orang kulit putih
merasakan sakit akibat perbuatan masa lalunya, hal ini adalah wajar sebagai
konsekuensi moral yang patut mereka terima. Ada hal yang lebih penting yaitu
intensif terbesar Selatan saat ini adalah untuk menggali nilai-nilai masa lalu
bukan sebagai nilai intrinsic proyek meskipun itu juga berharga. Tetapi lebih
pada menciptakan kesadaran bagi perkembangan kecerdasan dalam berbagai modus,
termasuk teknis, psikoanalitik dan estetika kecerdasan ( Gardner, 1983). Tanpa
pemahaman diri tidak ada rekonstruksi social.
Sebuah tema
sentral dari studi Selatan akan menjadi karakter multiras Selatan, cita-cita
yang mendalam dimana Afrika-Amerika dan Eropa-Amerika telah menjadi dua sisi
mata uang budaya yang sama. Hanya ketika orang kulit putih Selatan memahami
bahwa pengalaman mereka tidak terlepas dari orang Afrika-Amerika Selatan dan
sebaliknya. Sejarah budaya Selatan dapat kembali dialami, diterima secara
psikologis dan aspek genosida yang mungkin di ampuni. Ketika retorika politik
tidak lebih defensive mengenai “Selatan yang Baru” akan kita ketahui bahwa
wilayah ini akhirnya mengalami rekonstruksi.
Hal-hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut:
-
Kemajuan studi
Selatan dapat memberikan studi provokatif dalam menghadapi dilema mendidik
budaya yaitu presentisme, solipsism, kepasifan politik dan relativisme etika.
Program interdisipliner diajarkan dengan tujuan melupakan trauma masa lalu,
memberikan komitmen psikologi social, menghapus blok kulit putih dan kulit
hitam, diinternalisasikan dalam lembaga guna mengembangkan kecerdasan.
-
Literature
(Afrika-Amerika), otobiografi menyediakan metode pembelajaran dan agenda untuk
proses psikoanalitik social dan pendidikan.
-
Karya
otobiografi individu perlu dilengkapi dengan proses kelompok. Grup dipimpin
oleh spesialis dan terdiri dari laki-laiki Afrika-Amerika dan Eropa-Amerika dan
wanita dari berbagai kelas bekerjasama untuk membangun lingkungan yang
kondusif.
-
Hubungan antara
masa lalu, imajinasi, sejarah hidup, pengalaman kolektif dan perkembangan
kecerdasan dalam beberapa mode dapat ditentukan dan dipelajari dari populasi
yang dipilih.
Mahasiswa harus mengenali cara kerja teori kurikulum dengan penelitian
kurikulum kontemporer, politik, otobiografi yang fenomenologis dan gender. Program
interdisipliner yang memanfaatkan pengetahuan siswa sebelumnya serta
memperkenalkan pengetahuan yang baru dalam berbagai disiplin ilmu mewakili
praktek secara teori kurikulum, terutama ketika tradisi-tradisi abstrak
kemudian ada pada kehidupan nyata individu dan kelompok. Kurikulum dimaksud
sebagai asal dan tujuan, sebuah desain yang dapat menggambarkan kecerdasan dan
contoh untuk menyajikan persepsi baru dan meninjau yang lama. Potensi kurikulum
pendidikan psikoanalisis social: (Silverman, 2000:62)
Subjek.. tidak
berusaha untuk mengubur, lupa atau melampaui masa lalu. Sebaliknya, dia
meyakini untuk selalu terbuka pada kemungkinan-kemungkinan baru sebagai
individu. Dia menerima masa sekarang dan masa depan serta apa yang telah
terjadi bukan sebagai latihan dalam solipsism narsis, melainkan sebagai
perwujudan kea rah yang baru sebagai kapasitas untuk peduli.
Kurikulum sebagai
psikoanalisis social merupakan penggabungan pendidikan dari budaya kecuali Ras,
penolakan kelas dan perbedaan gender.
Bab 3
Mode Baru
dari Kehidupan; Erotisme dan Hubungan Sosial
Tugas kita
pada abad baru di mulai dari pembentukan intelektual dari sebelah ruang public
di bidang pendidikan, pembaharuan proyek mengatasi kemiskinan dimana kita
menemukan bahwa realisasi diri dan demoktatisasi saling terkait. Artinya selain
memberikan individu yang berkompeten untuk tempat kerja dan perguruan tinggi,
kita harus memperbaharui komitmen kita untuk demokratisasi masyarakat Amerika
sebagai sebuah proses social-politik dan ekonomi yang memerlukan pendidikan
psikososial dan intelektual dari refleksi diri individu.
Pengetahuan akademis serta budaya popular harus dibentuk
seperti sebuah cerita/novel yang berubah sehingga siswa sebagai individu dan
kelompok bisa bersama-sama mengeksplorasi hal akademik serta kepentingan
intelektual.
Kurikulum harus di dukung oleh tes standar dan
terstruktur untuk mengukur kemampuan dan keterampilan siswa. Gagasan
psikoanalitik “benda transisi” layaknya perbedaan lingkungan anak yang masih
dalam kandungan dan lahir sebagai individu bagian dari masyarakat. Dasar
kurikulum harus berfungsi sebagai jembatan penghubung social dan objektif.
Titik kurikulum pendidikan adalah untuk menarik siswa
dari apa yang tidak mereka ketahui sehingga menjadi tahu dan membawa mereka
pada medan budaya yang memungkinkan mereka untuk terlibat pada dunia nyata/
lingkungan social dengan semangat dan kompetensi dan tidak melanggar norma
psikologis sehingga proses pendidikan dapat bermakna sebab sejak dulu
pendidikan selalu pada ranah hukuman bukan memberikan kenikmatan/kesenangan.
Teori kurikulum tidak hanya mengenai kurikulum
matapelajaran di sekolah tetapi juga mengenai budaya, sejarah kehidupan, dan
momen bersejarah. Mendidik bukan hanya memberikan pengetahuan (transfer of knowledge) tetapi
memungkinkan perubahan perilaku dan pembentukan individu menjadi seorang
pribadi yang berpengetahuan serta berprilaku baik.
Proyek pendidikan merupakan komposisi mode baru
kehidupan, dimana merupakan kerangka konseptual, standar disensus yang membuat
orang tertarik. Akademik-intelektual-kebebasan harus dengan standar
professional. Guru mungkin harus terdaftar di perguruan tinggi masing-masing
namun yang tidak kalah penting adalah guru juga harus mampu mengajar diluar
bidangnya dan memiliki kemampuan lain di luar bidang studinya sehingga mereka
memperoleh kemampuan dan keuntungan dari studi interdisipliner tersebut.
Maka kita mengajarkan pengetahuan dasar dan memberikan
keterampilan sesuai dengan kehidupan mereka. Pendidikan harus menjawab peluang
yang ada dalam masyarakat. Dan siswa harus bertanggung jawab pada diri mereka
sendiri untuk memperolehnya.
Teori kurikulum menjelaskan hubungan antara kurikulum,
budaya, individu, masyarakat bagaimana mengatasi masalah masyarakat dan budaya.
Kita harus mencari hal praksis yang bertujuan untuk menciptakan cara-cara baru
dalam kehidupan, erotisme dan hubungan social (Ziarek, 2001:16).
Cara jangka pendek adalah mengurangi kekuasaan politik,
kegilaan pada bisnis dan politisasi spiritual. Agama tetap menjadi urusan
pribadi masing-masing. Keharusan bisnis dibatasi hanya pada organisasi bisnis
dan profesi pendidikan tidak perlu melakukan bisnis.
Sebagaimana amanah Asosiasi Internasional untuk Kemajuan
Kurikulum Studi, perlunya menggunakan pengetahuan akademik dalam pelayanan
demokratisasi tidak hanya dalam Negara bangsa (distrik) tetapi seluruh wilayah
nasional. Pendiri pendidikan umum Amerika, Horace Man mengemukakan:
Sekolah yang baik dapat membasmi
kejahatan, menghilangkan kemiskinan, membangun warga yang berkomitmen mulai
dari anak-anak yang tertinggal atau terbuang dan berfungsi sebagai “ great equalizer” antara si kaya dan si
miskin.
Untuk menuju pada kehidupan yang lebih baik juga harus
didukung oleh media sebagai sarana politik. ketenangan dalam masyarakat
diperoleh pada abad ke 20 karena saat itu pers lebih bertanggung jawab dan
lebih professional serta objektif. Pers berperan untuk menyampaikan informasi
bukan untuk mendorong opini masyarakat. (Lasch, 1995). Dengan demikian peran
guru bukan hanya memaksakan argument pribadi kepada siswa tetapi juga bagaimana
memberikan kesempatan kepada siswa untuk memberikan pendpatnya terkait
informasi yang diterima atau didapatkan dari media massa.
Analisis:
Jika
dikaitkan dengan pendidikan di Indonesia secara garis besar, pendidikan di
Amerika memiliki tujuan yang tidak berbeda dengan Indonesia maupun Negara
lainnya yakni memiliki warga Negara berkualitas dan berkarakter. Jika kita
perinci secara khusus, secara tersirat ini merupakan tujuan dari pendidikan
kewarganegaraan (civics). Di Amerika
sendiri civics pertamakali bertujuan
untuk meng-Amerikakan bangsa Amerika yang bervariasi budaya, ras, dan asal
negaranya seperti yang terjadi di Amerika Selatan, (Wahab dan Sapriya, 2011 :
3).
Selain itu
juga kelambatan pembangunan dan konflik psikologis yang dialami oleh bangsa
Amerika Selatan tidak dipungkiri menimbulkan trauma untuk sendiri bagi bangsa
Amerika Selatan. Namun beberapa hal yang telah disampaikan di atas tadi
memberikan jawaban atas permasalahan tersebut. Namun di Indonesia, permasalahan
mengenai hal yang serupa juga terjadi namun dalam muka yang berbeda. Bangsa
Indonesia masih kesulitan dalam memperoleh pekerjaan, kemandirian dalam usaha
masih lemah dibuktikan dengan jumlah pengangguran di Indonesia yang semakin
meningkat, kemiskinan dan persatuan yang mulai melemah dengan banyaknya wilayah
di Indonesia yang ingin memeisahkan diri.
Hal ini
menjadi sebuah pertanyaan besar mengapa bisa terjadi? Ada solusi yang
ditawarkan oleh Wahab dan Sapriya ( 2011: 8,9,10) mengenai pendidikan
kewarganegaraan yang berorientasi pada komunitas, ekonomi dan keterampilan (community civics, economic civics dan
vocational civics). Community civics yaitu
kemampuan warga Negara untuk beradaptasi dengan lingkungannya, lingkungan
tempat tinggal maupun wilayah global. Economic
civics keterampilan yang dibutuhkan warga Negara dalam kehidupan dan
kesejahteraanya, karena masalah ekonomi berkembang dengan sangat cepat apalagi
jika memasuki globalisasi dengan pasar bebas, warga Negara harus memahami
ekonomi pemerintahan dan global. Selain itu ada vocational civics dimana warga Negara dibentuk dan disiapkan dengan
berbagai kemampuan untuk memecahkan masalahnya baik ekonomi, social, budaya dan
lain-lain yang terjadi dalm kehidupannya di masyarakat, bebangsa dan bernegara
serta bagian dari globalisasi. Jika ketiga hal ini tidak difasilitasi, maka
akan sangat kecil kemungkinan untuk Indonesia mampu bersaing dengan Negara
lain.
Pelaksanaan dari ketiga aspek ini memang belum
diterapkan maksimal di Indonesia, namun saya percaya hal ini akan mungkin
dilaksanakan secara maksimal di Indonesia. Butuh kerjasama antara pemerintah,
pengembang kurikulum, dosen, guru dan peserta didik itu sendiri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar